Selasa, 25 Maret 2008

ANTROPHOS

Akulah Antrophos, kata Jefta
Tidak. Kau hanya roh biasa, yang lemah lagi idiot, sergah Phobia
Sekarang kamu tidak lagi membumi, jasadmu tinggal seonggok daging yang layu dan kering, jiwamu melayang-layang tanpa tubuh. Kau tak bisa dikendalikan lagi, kesadaranmu hilang. Dan kau bukan lagi Antrophos. Kau hanya mayat! lanjut Phobia
Hentikan, sudah kubilang hentikan! Aku akan kembali, mewujudkan impian tertinggiku, hidup dalam kemakmuran, menciptakan aturan sendiri, tidak mau ambil pusing dengan segala macam sosialisme, sebab aku self-sufficient seperti yang diramalkan Leibniz tempo dulu. Marah Jefta
Kau memusuhi sosialisme, berarti pula kau melakukan perlawanan terhadap kapitalisme. Kau bukan Marx sejati, tantang Phobia
Aku kan tidak datang dari dunia comberan, kelas bawah, mengapa aku harus pusing dengan perjuangan kelas Marx. Dia bukan levelku! jawab Jefta
Lalu kau siapa, Jefta yang agung? Tanya Phobia
Keliru. Jefta telah mati, yang hidup kini adalah Antrophos, tegas Jefta
Kau bermimpi. Antrophos itu hidup di alam kenyataan dan bukan dalam dunia maya, jelas Phobia
Aku nyata! Seru Jefta
Kamu nyata? Ejek Phobia
Kau tak percaya? Balas Jefta
Sungguh, kau tidak bisa diraba, kau tidak bisa dirasai, kau telah mati, jelas Phobia
Itu hanya jasadku, tapi rohku tidak! Optimisme Jefta, Lalu bagaimana kau mengadakan revolusi terhadap dunia? Kritik Phobia
Reinkarnasi. Antrophos yang hidup.
***


Jefta telah mati, kata Philos
Ini bukan kesalahan kita, dan semoga bukan pula kutukan buat kita, sambung Questia
Kau berpikir dalam alur dunia magis, itu kan dunia primitif. Kau maju dengan langkah mundur, sergah Pecunia
Lalu apa yang menjadi rasionalisasimu untuk memberikan kerangka penjelasan yang memadai atas kematian Jefta? Apa perlu sebuah penelitian yang akurat? Kematian kan sudah merupakan pengetahuan awali yang diwariskan turun temurun dan tidak ada satupun yang bisa menjelaskan secara lengkap! Kata Questia mencoba membela diri.
Misteri, maksud kamu? Tanya Philos yang dari tadi cuma bengong
I-ya, jawab Questia
Catatan harian Jefta, pada halaman pertama menjelaskan secara rinci tentang ramalan kematiannya dan itu seakan-akan sungguh terjadi pada dirinya, kata Pecunia lagi
Apa isinya, tanya Philos
Kalau tidak salah begini: kalau aku mati, barangkali jasadku menjadi layu dan kering, gugur seperti daun rontok di musim kemarau. Sesungguhnya aku tidak benar-benar mati, dan itu bukan karena kesalahanku, atau karena fragilitas kemanusiaanku. Aku mati, dan berarti aku beralih dari satu kehidupan yang lebih agung dan perkasa, lebih kuat, melebihi seratus ribu prajurit, menembus benteng paling kuat di dunia. Aku tidak mati. Aku hanya jatuh dan mengurai bersama bumi, seperti daun gugur yang memberi makan pada pohon dan tumbuhan, aku akan kembali, menitiskan rohku pada kemuliaan seorang Antrophos, yang abadi, dan tidak membutuhkan lagi kematian, sebab dia telah sempurna dalam dirinya sendiri. Akulah Antrophos, yang agung dan abadi! Demikian bunyinya, tak kukurangi dan tak kutambahi satu iota pun, kata Pecunia
Berarti ini satu genre baru dari evolusi Darwin, kata Philos
Dan butuh penelitian baru, tambah Questia
Apa kau sanggup memanggil roh untuk diwawancarai? Kau bisa mengukur secara kuantitatif dan kualitatif roh Jefta, dan menjadikannya sampel dari percobaanmu? Tanya Pecunia
Inilah kelemahan ilmu pengetahuan sebenarnya. Sepandai-pandainya ilmu pengetahuan, dan secanggih-canggihnya segala macam peralatan tekhnologi, sama sekali tidak mampu menyentuh apa yang disebut sebagai roh, sahut Philos
Agama? Tanya Questia
Agama positif hanya bisa menjelaskan tentang keberadaan roh yang ilahi dan ultim, dan kemudian disebut sebagai Tuhan, kata yang paling sering disebut oleh para penganut agama tertentu. Katanya Tuhan itu maha baik, maha adil, dan maha kuasa. Tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup menandingi kekuatan Tuhan. Manusia bahkan tidak lebih dari sebuah makhluk, kalian percaya itu? Tanya Pecunia kepada kedua sahabatnya
Tuhan? Serentak Questia dan Philos meragu
Bukankah Jefta mati dalam usahanya memberontaki Tuhannya sendiri? Dia semula beragama, taat beriman, dan selalu mendengarkan pengajaran suci dari kitab suci dan para imam. Doanya lima waktu, tidak pernah alpa. Ibu Bapaknya sendiri sangat taat beribadah, jelas Philos
Tapi celakanya, kekayaan ayahnya pelan-pelan digerogoti oleh wabah korupsi, menganak pinak, dan tidak bisa disembuhkan lagi. Lalu hakim yang agung menjatuhkan vonis bangkrut. Dan sia-sialah segala keberagamaan keluarga besar Jefta. Tapi ayah dan ibunya tidak juga mau melepaskan diri dari Tuhan yang mereka yakini itu. Dia yang adil, maha baik dan penuh kuasa, hanya mampu memberikan linangan air mata pada kedua kelopak mata ibu Jefta, dan laki-laki perkasa seperti ayah Jefta, menjadi banci. Naas datang, ibunya Jefta gantung diri, dan ayahnya menjadi gila lantas menghilang tak tahu rimbanya. Sambung Questia
Dan dari situlah Jefta meninggalkan kita, lantas akrab sama Phobia, sahut Pecunia
Tapi siapakah Phobia? Tanya Questia
Teman baru Jefta! Jawab Philos
Phobia itu maya, tidak bisa dilihat atau diraba! Tambah Pecunia
Produk imajinasi, maksudnya? Tanya Questia lagi
Lebih dari itu, roh ciptaan Jefta! Timpal Pecunia
Jefta bisa menciptakan roh? Hebat dia! Kagum Questia
Roh yang menakutkan
Kekuatannya melebihi segala yang tumbuh di muka bumi
Dia penguasa baru
Dan menurut Jefta, Phobia telah membunuh Tuhan
Kemudian dia menjadi Phobia dan Tuhan sekaligus
Lantas dia mati untuk membuktikan kelahiran barunya
Dia sebut dirinya dengan Antrophos!
***
Ramai kerumunan orang. Berhimpit-himpitan tapi tidak peduli. Siang menyengat dan bau badan bercampur. Tua-muda, besar-kecil, hitam-putih, kaya-miskin, agama-atheis, tiada peduli. Kerumunan massa dalam angkatan baru, dan generasi baru terlahir dari rahim sabda yang keluar, berapi-api diwartakan oleh ketiga orang yang bernama masing-masing, Philos, Questia, dan Pecunia. Nama Jefta, sahabat mereka tidak pernah disebutkan. Dan hanya ada satu nama yang keluar, dengan bangganya dari mulut mereka, yaitu Antrophos.
Dalam kesesakan mereka terkesima. Antrophos, Antrophos, dewa yang agung,¡± sesekali mereka berseru. Philos, yang bijak itu, mengangkat tangan. Sekejap semua hening, dan mulailah dia berkata-kata.
Saudara-saudaraku, keyakinan dan kepercayaan yang tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan dunia serta ilmu pengetahuan modern, sudah saatnya untuk ditumbangkan. Kita bagai mengisap sekuntum bunga yang harum semerbak, tapi kenyataan di dalamnya, busuk dan kotor. Sudah lama segala institusi dunia, politik, ekonomi, budaya, agama membau dan kita turut terkubur di dalam kebusukan itu. Inti sarinya pun telah hilang. Kita terombang-ambing, tak berdaya meratapi perkembangan zaman yang kian cepat, dengan pemujaan yang sebegitu licik tapi nikmat dengan segala materialisme, yang instan solution dan hedonis. Agama, tidak mampu menghadirkan nilai bagi dunia, bahkan dipakai oleh para penganutnya untuk saling membunuh. Tuhan, semacam pelarian dari keluh kesah tak berdaya atas kekalahan kita terhadap dunia, sangat digemari oleh kalangan menengah ke bawah, dan ditinggalkan begitu saja oleh kaum elite. Kesenjangan sosial makin terjal saja, dan perikemanusiaan ditelanjangi untuk diperolok. Apakah kita mampu tinggal dalam semua kebusukan ini, dan bukannya bergerak untuk membebaskan diri, lantas membuat sebuah kelahiran baru?
Ti-dak! Ti-daakkk! Serempak semua menjawab persis sebuah teater kolosal. Kali ini Pecunia, raja uang itu angkat bicara.
Orde baru akan lahir, dan kita akan dibaptis secara baru, untuk kemudian terlahir secara baru pula. Orde baru itu ditandai dengan persamaan hak, kedudukan, martabat, dan tidak dibenarkan adanya kesenjangan kelas. Perjuangan kelas Marx, dengan demikian kita hapus. Agama, sebagai sebuah lembaga, dengan Tuhan sebagai yang sempurna, tempat keluh kesah ketidakberdayaan kita dialamatkan akan kita tumbangkan. Tuhan kita bunuh, dengan begitu kita dapat bergerak bebas.
Lalu siapakah Tuhan kita? Apa agama kita? Tanya kelompok imam di sebelah kanan
Antrophos, dialah yang akan memberikan tatatan dunia baru, dan sekaligus menjadi dewa kita. Antrophos adalah diri kita sendiri, dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, kita bangkit dan mulai sadar akan siapa diri kita dan bagaimana kekuatan kita. Hanya ada satu yang sungguh-sungguh nyata, yaitu manusia dan yang lain-lainnya hanya produksi pikiran kita semata. Karena itu, agama kita adalah agama manusia, yang membumi, dan tidak lagi jauh di atas langit, jawab Questia, sang pertanyaan itu.
Bagaimana dengan kesenjangan sosial yang diciptakan oleh kekayaan dan kemiskinan? Tanya rakyat jelata
Bangsa baru yang kita lahirkan, tidak mengenal kaya dan miskin. Bangsa baru berhak menetapkan jumlah kekayaan setiap orang, dan dari orang ke orang jumlah kekayaan itu disamaratakan. Kelebihan dari jumlah pendapatan dan kekayaan akan dihibahkan pada sektor-sektor penting bangsa ini, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan telekomunikasi, dan dalam jangka waktu tertentu masyarakat bangsa ini tidak perlu lagi susah-susah untuk bayar ongkos pendidikan, kesehatan, transportasi dan telekomunikasi. Jelas Pecunia
Moralitas dan kejahatan? Tanya penegak hukum
Untuk sekarang, segala macam kejahatan diampuni, dan segala macam kesalahan dipulihkan. Cap-cap bromocorah tidak akan lagi kita kenakan pada manusia. Moralitas Antrophos hanya berlandaskan pada solidaritas. Semua kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, tidak ada kaya atau miskin, tidak ada baik atau buruk, tidak ada terang atau gelap, tidak ada tuan atau hamba, tidak ada laki-laki atau perempuan. Semua sama. Sanksi hukum bagi yang melanggar hanya satu, yaitu hukuman mati! Jawab Philos
Tidak bisa, hukuman mati melecehkan manusia, dan karena itu merendahkan derajat kaum Antrophos! Protes ahli pikir
Bangsa Antrophos mengenal adanya reinkarnasi. Hanya kehidupan yang perlu kita takutkan dan bukan kematian, sebab kematian merupakan sebuah peralihan, reinkarnasi, seperti daun kering yang rontok dan mengurai menjadi jasat renik, memberi makan pada pohon dan tumbuh-tumbuhan, niscaya kematian membuat kita dilahirkan kembali secara baru, menjadi Antrophos yang agung dunia perkasa, Antrophos yang memiliki kekuatan melebihi seratus ribu prajurit dan dapat menerobos secara enteng benteng paling kuat di dunia. Hanya kematian yang kita harapkan, karena justru di situlah kebahagiaan tertinggi kita, moralitas hakiki kita, yaitu menjadi superman yang bernama Antrophos, tegas Questia
Jadi hidup itu sebuah proses menuju kematian dan dengan mati kebahagiaan tertinggi kita sebagai manusia terpenuhi, menjadi Antrophos? Tanya orang tua
Benar! Jawab Pecunia
Siapa itu Antrophos, kalau begitu?
Roh yang membahagiakan
Penguasa baru
Titik sempurna evolusi Darwin
Manusia Superman
***
Kau lihat Jefta, mereka sama sekali tidak menyebut namamu sebagai dewa tertinggi, padahal kau yang pertama menciptakan Antrophos, ejek Phobia
Aku Antrophos pertama,jawab Jefta
Kau dikhianati oleh sabahat-sabahatmu sendiri, Jefta! Ejek Phobia lagi
Tidak, aku rasa tidak, mereka perintis pertama dari apa yang kuhayati dan kuajarkan, mereka tidak mengkhianatiku! Bela Jefta
Mereka yang menikmati popularitas, kenyamanan, kenikmatan hidup, kekuasaan tertinggi, menciptakan aturan seenaknya, merekalah Antrophos sesungguhnya, karena mereka masih di dunia nyata, mereka hidup dan kau telah mati!
Enyah kau Phobia, mati kau! Dan Jefta pun mencekik Phobia hingga nafas terakhir.
Seratus persen kesadaran Jefta pulih kembali. Dunia sekitar berlangsung apa adanya!(*)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda